Secawan Susu dan madu
Sebuah kebiasaan yang patut dicontoh dalam kehidupan saat ini, ialah selalu berusaha untuk bisa menghormati tamunya, walaupun dalam keadaan yang tak memungkinkannya untuk menyajikan sedikit dari apa yang dapat disajikan untuk tamunya.
Sebuah cerita menarik tentang memuliakan tamu yang dikutip dari kitab Annawadir, sebagian orang sholeh berkata “kebiasaan kami adalah tidak terbiasa mengunjungi seorang wanita“, akan tetapi pada suatu hari aku mendengar sebuah kisah tentang seseorang wanita yang terkenal karomahnya, karena itulah timbul niat untuk bertemu wanita tersebut.
Setelah lama berjalan menuju kampung wanita tersebut, aku singgah terlebih dahulu disebuah toko untuk membeli kendi, dan akhirnya aku sampai di depan rumahnya kemudian ku ketuk pintunya, tak lama kemudian ia membukakan pintu dan mempersilahkan ku masuk, ia bertanya kepadaku “apa yang membuat anda datang kerumahku“ aku jawab “aku pernah mendengar tentang dirimu bahwasanya kamu terkenal dengan karomah yang kau miliki”, ia tersenyum mendengar perkataanku kemudian ia mengajakku keluar rumah menuju kandang kambing, ia berkata “ini kambing yang memiliki keistemewaan, mungkin aku terkenal sebab kambing ini” kemudian ia memerah kambing tersebut tiba-tiba keluarlah dari perahan kambing itu susu dan madu. Aku pun terkejut melihat kejadian itu lalu kuambil kendi yang kubawa dan kusimpan susu dan madu tersebut didalamnya, kemudian kuminum keduanya dengan puas.
Ketiaka selesai, aku bertanya “Maaf ... boleh aku tahu asal mulanya kambing tersebut bisa mengeluarkan susu dan madu”, Ia menjawab “Baiklah, dulu kami memiliki seekor kambing yang biasanya diperah oleh anak-anak kami , ketika datang hari raya, suamiku bertanya kepadaku “ wahai istriku sekarang ini adalah hari raya aku ingin menyembelih kambing yang kita miliki sebagai tanda syukur di hari raya ini“ lalu aku menjawab “jangan lakukan wahai suamiku , kita tidak memiliki apa pun selain kambing itu, lagi pula Allah swt mengetahui keadaan kita saat ini”, mendengar itu suamiku pun membatalkan niatnya untuk menyembelih, suamiku adalah orang sholeh”
“Secara kebetulan, pada hari raya kami kedatangan seorang tamu dan kami pun tidak mempunyai apa-apa, kemudian aku berkata kepada suamiku” suamiku kita sedang kedatangan seorang tamu dan kita tidak mempunyai apa-apa selain kambing itu,akan tetapi kita diperintahkan untuk menghormati tamu maka sembelihlah kambing itu untuk menghormati tamu,tapi aku takut anak-anakku menangis melihat hal tesebut oleh karena itu sebaiknya engkau menyembelihnya dibelakang rumah dibalik dinding sekiranya anak-anak kita tidak mengetahuinya”.
Kemudian ia menyembelihnya dan darahnya pun mulai mengalir,tiba-tiba ada seekor kambing melompat dari bilik dinding yang masuk kerumah,pikirku mungkin kambingnya lepas tidak jadi disembelih aku pun keluar rumah untuk memastikan kejadian tersebut akan tetapi aku melihat suamiku sedang menguliti kambingnya sehingga aku menceritakan kejadian itu kepadanya, ia menjawab “ ini adalah balasan dari allah swt untuk kita karena telah menghormati tamu,dan allah swt menyukai orang yang menghoramati tamu “.
Cerita diatas mengisahkan tentang seorang yang bertamu di sebuah rumah dan pemiliknya tidak mempunyai apa-apa akan tetapi dengan rasa ingin menghormati tamu dan ingin membuatnya merasa senang dan betah yang pada akhirnya memutuskan untuk menyembelih kambingnya,dan seketika itu juga Allah membalas kebaikannya.Dalam islam kehidupan untuk saling menghormati sangat dianjurkan apalagi ketika seseorang menghormati tamu yang datang kerumahnya dengan menyediakan sedikit dari apa yang ia punya,pemberian yang sedikit akan membuat tamu tersebut merasa senang dan yang lebih baiknya lagi shohibul baiyt juga harus merasa senang dengan kedatangan tamu karena tamu tersebut bisa membawa keberkahan dirumah kita terlebih lagi kalau tamu tersebut adalah orang yang alim dan tholabul ‘ilim.
Rasulullah saw bersabda didalam haditsnya :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلأَخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهَ (روه البخارى ومسلم )
Artinya :Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir ( kiamat ) maka hendaknya ia menghormati tamunya. (HR.Bukhori Muslim )
Hadist diatas menerangkan bagaimana baiknya seorang muslim untuk bisa menghormati tamunya,karena kebiasaaan ini merupakan perilaku yang biasa dilakukan oleh para nabi dan orang-orang sholeh,semua ini merupakan sebagian dari ahlak-ahlak yang mulia.Perilaku seperti ini juga pernah dilakukan oleh kekasih Allah ( Nabi Ibrahim As ) yang mana beliau selalu berjalan satu kilo atau dua kilo bahkan lebih dari itu untuk mencari seseorang yang bisa diajak makan siang bersama,dari perlikau dan kebiasaan inilah beliau dijuluki sebagai abu dhoiyfan.
Sebagian orang sholeh jika kedatangan seorang tamu yang sholeh atau mulia atau agung maka mereka membuatkan makanan sebanyak-banyaknya bahkan kadang-kadang memasak lebih dari biasanya,ada yang bertanya tentang kebiasaan mereka “ kenapa engkau memasak begitu banyak sampai-sampai melebihi kebiasaan kami memakannya ? “ dia menjawab “ iya , kami memasak melebihi jatah kalian karena maksud kami ketika kalian melihat dan memakan masakannya,maka akan turun barokah didalam makanan tersebut,sehingga kami bisa membagikannya kepada tetangga dan kerabat terdekat yang mana semuanya mendapatkan barokah dari kalian juga.Dikatakan perbuatan yang berlebih-lebihan itu dilarang kecuali dalam dua masalah : didalam bersedekah dan ketika menjamu tamu.
Comments
Post a Comment